Karya Allah Dalam Inkarnasi Yesus Kristus Untuk Keselamatan
Manusia
Soneta S Siahaan
STT – Katharos Bekasi
Indonesia
Abstraksi
Manusia
telah terhilang dari Allah sejak kejatuhannya di Taman Eden, yang dilakukan
oleh manusia pertama yang Allah ciptakan, yaitu Adam dan Hawa (Kejadian pasal
3). Sejak itulah manusia diusir Allah dari Taman Eden itu (Kejadian 3 ayat 23).
Sebenarnya manusia itu adalah bersifat kekal, tetapi karena larangan Allah
dilanggar, maka manusia berdosa dan upah dosa ialah maut atau mati kekal.
Tetapi apakah Allah ‘berdiam diri’ dengan ciptaan-Nya itu? Atau membiarkan
manusia itu akhirnya benar-benar mengalami kematian kekal nantinya? Allah
tetaplah Allah yang mengasihi manusia walaupun manusia telah kehilangan
kemuliaan Allah (imagodei). Allah merencanakan untuk tetap menyelamatkan
manusia dan mengembalikan kemuliaan itu dengan caranya yang unik. Yang menarik
perhatian bahwa ketika dikatakan dalam Kejadian 3 ayat 21 bahwa:”Dan TUHAN
ALLAH membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan istrinya itu, lalu
mengenakannya kepada mereka’. Hal ini yang penulis hendak jabarkan, bagaimana
Allah yang Maha Kasih itu menyelamatkan manusia. Allahlah yang berinisiatif dan
mengambil tindakan untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, Allah yang
berperan dengan karya keselamatan yang akan dikerjakan dengan cara menjelma
menjadi manusia.
Kata kunci : Karya Allah, Inkarnasi Kristus,
Keselamatan Manusia
Abstract
Man
has been lost from God since his fall in the Garden of Eden, which was done by
the first humans that God created, namely Adam and Eve (Genesis chapter
3). Since then, God expelled humans from
the Garden of Eden (Genesis 3 verse 23).
Actually, humans are eternal, but because God's prohibition is violated,
humans sin and the wages of sin is death or eternal death. But is God "silent" with His
creation? Or let the human finally
really experience eternal death later?
God is still a God who loves humans even though humans have lost the
glory of God (imagodei). God
plans to keep on saving mankind and restoring that glory in a unique way. What is interesting is that when it is said
in Genesis 3 verse 21 that: "And the LORD GOD made clothes of animal skins
for the man and his wife and put them on them." This is what the author wants to describe,
how the Almighty God saves humans. It is God who takes the initiative and takes action
to save sinful humans, God who plays a role in the work of salvation that will
be done by incarnating into a human.
Keyword
: God’s Work, Incarnation of Christ, Human Safety
Pendahuluan
Banyaknya pandangan umum agama-agama dunia
tentang bagaimana memperoleh keselamatan atau bisa menuju ke Sorga menjadi
banyak perhatian banyak orang. Manusia menyadari betul bahwa entah dari suku
atau bangsa manapun di dunia ini, akan adanya kehidupan setelah kematian.
Dengan cara usaha masing-masing dari keyakinan yang dianutnya, umumnya mereka
percaya bila taat dan melakukan apa yang dikatakan dalam ‘kitab suci’nya maka
pasti akan selamat atau sampai ke Sorga. Manusia berusaha hidup benar di
hadapan Tuhan, taat dan menjalani perintah-Nya agar dapat selamat, tidak ada
seorangpun yang mau binasa atau setelah kehidupan ini berakhir maka semua ingin
menuju ke Sorga. Akhirnya banyak orang dengan ‘usahanya’ itu seperti berbuat
baik, beramal soleh, membantu atau menolong fakir miskin, menyumbang panti,
memberi bantuan kepada sesama, dan masih banyak lainnya, dilakukan untuk dapat
memperoleh keselamatan.
Kata agama berasal dari kata Sansekerta, yang terdiri
dari huruf “A” berarti tidak dan huruf “Gama” berarti kacau. Jadi manusia
beragama agar kehidupannya tidak kacau, yaitu tertib, baik. Bisa ditarik arti
yang lebih jelas agama adalah usaha manusia untuk mendapatkan anugerah Tuhan
dan setelah kehidupan manusia itu berakhir di dunia ini, ia dapat memasuki
kehidupan baru yaitu di Sorga Kekal.
Bagaimana dengan kekristenan sendiri? Apakah
kekristenan ‘sama’ dengan konsep agama-agama lain di muka bumi ini? Apakah
kekristenan itu juga menyelamatkan, lalu bagaimana pandangan kekristenan
tentang kehidupan kekal di Sorga setelah berakhir kehidupan ini. Tentunya,
jawaban-jawaban ini bisa ditemukan dalam terang kebenaran firman Tuhan
(Alkitab) sebagai satu-satunya ‘petunjuk’ yang bisa diperoleh dengan jelas
tentang bagaimana manusia dapat diselamatkan setelah manusia pertama (Adam dan
Hawa) jatuh ke dalam dosa. Gereja jelas mempunyai satu dasar atau landasan iman
yang bersumber dari Alkitab sebagai firman Tuhan. Dan firman Tuhan yang
terkandung di dalamnya berpusatkan pada karya Allah. Dan sebagai gereja harus
Allahlah sebagai sumber kehidupan itu.[1]
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan ini
menggunakan metode studi literatur. Peneliti berusaha untuk mendapatkan
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah disampaikan di atas. Peneliti tentu mengkorelasikannya
dengan sumber-sumber lain seperti buku-buku, pandangan-pandangan lalu
menganalisanya, melihat konteksnya sehingga akhirnya mendapatkan jawabannya.
Sebagai sumber pustaka peneliti menggunakan penelitian dari buku-buku karya.
Tujuan
Penelitian
Adapun
maksud penelitian ini, untuk mendapatkan sebuah jawaban yang pasti di dalam
kekristenan bagaimana agar manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu, dapat
mendapatkan keselamatan, caranya, memulai atau dimulai dari mana. Semua
berdasarkan atau bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Tuhan.
Pembahasan
Dalam kitab Kejadian pasal 3 tentang kejatuhan
manusia pertama yang diciptakan Allah yaitu Adam dan Hawa, dikatakan bahwa
mereka melanggar apa yang Allah telah firmankan, yaitu untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan
jahat, karena jika mereka memakannya pastilah mereka mati, (Kejadian 2 ayat
16-17). Dalam Kejadian 3 ayat 4 dikatakan ular menggoda Hawa untuk memakan buah itu, bahkan
dikatakan oleh ular itu bahwa jika engkau memakannya, sekali-kali engkau tidak
mati, tetapi mata mereka akan terbuka, bahkan dikatakan bahwa mereka akan
menjadi seperi Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Akhirnya Hawa
memakan buah pengetahuan baik dan jahat itu serta memberikannya pula kepada
suaminya (Adam), tertulis dalam Kejadian 3 ayat 6. Maka di ayat 7 dikatakan:” seketika
itu jugalah mata mereka terbuka dan mengetahui bahwa mereka dalam keadaan
telanjang. “Adam dan Hawa melanggar dan jatuh ke dalam dosa, maka saat itu juga
hilanglah seluruh kemampuan mereka untuk berbuat yang rohani yang berjalan bersama
dengan keselamatan, akhirnya dari natur yang awalnya kekal, sekarang menjadi manusia
dengan natur alamiah, artinya dalam kehendak bebasnya lebih memilih apa yang
diinginkan sehingga berujung kepada hilangnya persekutuan dengan Allah”.[2]
Semua umat manusia di dunia ini sudah mati karena
dosa, dan tidak seorangpun yang bisa menghampiri Allah, jadi harus ada campur
tangan ilahi, berarti harus Allah yang bertindak untuk menyelamatkan manusia
ciptaan-Nya itu.[3] TUHAN Allah tidak pernah
menginginkan setiap manusia yang adalah ciptaan-Nya itu binasa atau mati kekal
karena kejahatan dan dosanya, oleh sebab itulah TUHAN Allah yang memberikan
solusinya atau jalan keselamatan sehingga manusia itu tertolong dan terhindar
dari kebinasaan atau terkena hukuman Allah.[4]
Di dalam ketelanjangannya mereka (Adam dan Hawa)
berusaha untuk mengenakan pakaian yang mereka buat sendiri dari daun pohon ara
dan membuat cawat karena mereka malu. Lalu TUHAN Allah mencari mereka. Dosa
sudah memisahkan Adam dan Hawa pada saat mereka jatuh ke dalam dosa. Allah
mencari mereka, bukan berarti Allah tidak mengetahui dimana keberadaan mereka.
Tetapi dosalah yang membuat itu terjadi. TUHAN yang Maha Kudus tidak bisa
kompromi dengan dosa manusia yang diciptakan-Nya itu. Walau akhirnya Adam dan
Hawa menjawab pertanyaan TUHAN bahwa
mereka telah memakan buah itu dan kedapatan mereka telanjang, penuh rasa takut
dan bersembunyi (ayat 9).
Akibat dosa yang Adam dan Hawa lakukan, maka
dikatakan terkutuklah mereka (ayat 14). Manusia diciptakan Tuhan Allah dengan
kehendak bebasnya, dan manusia lebih memilih kemauannya dari pada mentaati apa
yang Allah firmankan. Dosa telah masuk ke dalam kehidupan manusia pertama yang
TUHAN Allah ciptakan itu.[5] Dosa
pasti memiliki sebuah konsekuensinya. Dan selama berabad-abad dari kejatuhan
manusia pertama itu (Adam dan Hawa), manusia terus mengalami kemerosotan moral,
dan terus menerus berbuat jahat.[6]
Bahkan rasul
Paulus berkata dalam Roma 6:23 demikian:”Sebab upah dosa ialah maut”. Suatu
keadaan yang mengerikan sekali, berarti berujung kepada kematian kekal.
Konsekuensi ini bukan hanya dialami oleh Adam dan Hawa, tetapi pada keturunan
selanjutnya bahkan seluruh umat manusia. Paulus berkata dalam Roma 3 ayat 23
demikian:”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah”. Dengan perkataan lain, tidak mungkin manusia selamat, pasti binasa.
Kerusakan Total (Total Depravity) inilah yang membuat ‘ketidakberdayaan’
manusia untuk dapat mencari Allah.
TUHAN Allah yang menghukum dan mengusir manusia
itu, ternyata TUHAN Allah yang ‘melakukan’ sesuatu bagi mereka. Dalam Kejadian
3 ayat 21 ada yang ‘menarik’ dikatakan demikian :”Dan Tuhan Allah membuat
pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu
mengenakannya kepada mereka”. Cawat pohon ara yang dibuat manusia itu tidak
bisa menutupi kesalahan pelanggaran mereka (Adam dan Hawa), tetapi TUHAN Allah
mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit binatang untuk manusia itu, untuk
menutupi ketelanjangan mereka. Jika TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit
binatang, berarti ada seekor binatang yang disembelih dan dikorbankan. Dan ini
adalah perlambangan dari Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang akan
datang menyelamatkan manusia. Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:29b
berkata:”Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. Bahkan penulis
Ibranipun berkata:”Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat
dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22).
Karya Allah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karya adalah
hasil perbuatan. Jadi karya Allah adalah tindakan Allah (Action). TUHAN
Allah-lah yang bertindak untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Segala
tindakan manusia, apapun yang mereka perbuat tidak bisa mengembalikan keadaan
mereka semula seperti di taman Eden. Bahkan perbuatan baik sekalipun itu
sia-sia, bahkan nabi Yesaya berkata dalam Yesaya 64 ayat 6
demikian:”Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan
kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami
lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Begitu spesialnya manusia itu sehingga Allah sangat
memperdulikannya. Karya Allah akan digenapi lewat kedatangan Anak-Nya yang
sudah dinubuatkan nabi-nabi. Yesus Kristus Sang Juruselamat adalah Mesias dan
Ia oknum ke dua dari Allah Tritunggal. Juruselamat dunia Yesus Kristus datang
ke dalam dunia untuk menggenapi karya keselamatan dari Allah untuk
menyelamatkan manusia yang berdosa, sehingga manusia menerima keselamatan,
pembebasan, penebusan. Tertulis dalam Efesus 1:7 terdapat kata “pembebasan”,
yang diartikan menebus, maksudnya ialah pembebasan oleh penebusan dengan uang
(orang-orang hukuman atau hamba, Mat. 20:28; Ibr. 11:35), pembebasan atau
kelepasan dalam arti yang umum.[7]
Yesus Kristus adalah sumber
keselamatan satu-satunya yang dari Allah yang diberikan sebagai anugerah kepada
manusia agar memperoleh keselamatan. (Yoh. 14:6; 17:17; Kol. 1:5).[8]
Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan manusia
yang sudah jatuh ke dalam dosa. Raja Daud berkata dalam Mazmur 144:3
demikian:”Ya TUHAN apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikanya, dan
anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?” Manusia yang berdosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah itu ternyata tetap ada di dalam rencana-Nya.
Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dan memulihkannya terbukti sebagai
Allah yang Maha Kasih, tidak ada allah yang seperti Dia.
Harus disadari bahwa banyak keyakinan atau
agama-agama yang menawarkan sebuah
solusi agar dapat memperoleh keselamatan, tetapi tidak ada satupun yang bisa
memastikan kepastian keselamatan itu. Kabar baiknya adalah di dalam firman
Tuhan (Akitab) tertulis bahwa ada cara, ada jalan keselamatan bagi manusia agar
dapat selamat, jalan itu adalah lewat beriman kepada Sang Juruselamat Yesus
Kristus, maka kepastian keselamatan itu: ya, dan bukan mudah-mudahan. Firman-Nya
jelas yang ditulis oleh rasul Yohanes (Yoh.14:6) yang berkata: ”Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan
dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku.” [9]
Kenapa harus Allah yang bertindak lewat karya-Nya
itu, karena sudah dipastikan manusia tidak mungkin bisa menemui Allah,
penyebabnya adalah dosa. Dosa menjadi penghambat atau halangan bagi manusia
untuk datang kepada-Nya. Dikatakan dalam Yesaya 59:1-2 tertulis bahwa:”Sesungguhnya
tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya
tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu
dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri
terhadap kamu, sehingga Ia tidak mengengar, ialah segala dosamu’.
Karena sudah tidak mungkin bagi manusia yang
berdosa itu mencari Allah yang Maha Kudus, maka Allah sendirilah yang
bertindak. Ini yang menjadi perbedaan keselamatan di dalam kekristenan dan
kepercayaan agama-agama lain di dunia ini, yang lebih mengutamakan tindakan
manusianya untuk dapat berkenan kepada Allah. Karya Allah ini untuk
menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya, agar manusia dapat bersekutu kembali
dengan Allah Sang Pencipta.
Inkarnasi Kristus
Allah
Tritunggal adalah Allah Maha Kasih yang tentunya tidak pernah membiarkan ciptaan-Nya yaitu Adam dan Hawa yang sudah jatuh ke dalam dosa
lalu berujung kepada maut, tetapi Allah sangat memperhatikan dan memelihara
ciptaan-Nya, sehingga Allah mempunyai rencana untuk menyelamatkan manusia
dengan cara-Nya yang unik.[10] Ada
suatu hubungan yang khusus tentang pemeliharaan Allah dengan keselamatan yang
akan dinyatakan lewat Yesus Kristus dalam rangka penebusan dosa.[11]
Manusia yang berdosa itu harus ditebus, maka TUHAN
Allah yang Maha Kuasa itu harus berinkarnasi (menjelma) menjadi manusia.
Inkarnasi Allah di dalam Yesus Kristus menjadi ‘central’ iman kekristenan.
Yesus Kristus (Sang Firman) sebagai pribadi kedua dari Tritunggal itulah yang
turun ke dunia, masuk dalam sejarah umat manusia. Dikatakan dalam Injil Yohanes
1:14 bahwa:”Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai
Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Yesus yang adalah
manusia sejati dan Allah sejati menyatu
dengan manusia. Inkarnasi TUHAN Allah dalam wujud manusia Yesus Kristus adalah
maha karya yang luar biasa bagi seluruh manusia.[12]
Dalam keberadaan-Nya yang tidak berdosa, maka Yesus
Kristus dapat menanggung dosa-dosa manusia, mati dan menebus mereka dalam satu
tindakan pengorbanan dan perdamaian dengan Allah (2 Kor. 5:19-21). Allah di
dalam kemanusiaan Yesus Kristus telah mendemonstrasikan Maha Karya kasih-Nya
yang menyelamatkan dengan menanggung kensekuensi dosa (Rm. 5:8).[13]
Dia
dilahirkan dari seorang dara perawan bernama Maria. Jadi Yesus mempunyai dua
natur yaitu sepenuhnya manusia (The Fully Man) dan sepenuhnya Allah (The
Fully God). Yesus Kristus adalah pribadi manusia yang autentik. Ia adalah
firman Tuhan (logos) yang menjelma menjadi manusia, karena itu Yesus
Kristus juga mengalami dan merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh
manusia. Yesus Kristus sebagai Sang Penebus dosa inilah yang diberitakan oleh
gereja. Yesus Kristus yang adalah inkarnasi Allah ini diakui sebagai
satu-satunya penyelamat manusia dan tidak ada nama lain.[14] Demikianlah
pemberitaan gereja mengenai keselamatan yang dibawa oleh Yesus, adalah dasar
iman kekristenan yang kuat pada Ia dan ajaran-ajaran-Nya.[15]
Saat membaca Injil Yohanes tentang Logos yang menjelma dalam manusia Yesus
Kritus maka jelaslah yang dimaksudkan adalah Inkarnasi Yesus menjadi pondasi
dasar kekristenan. Dengan melihat secara teologis tentang konsep pendamaian,
maka pendamaian yang terwujud dalam persekutuan hanya bisa terjadi ketika
manusia telah diperdamaikan dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya dan dengan
Inkarnasi Allah melalui putra-Nya Yesus Kristus yang mati tersalib sebagai
manusia di Golgota.[16]
Yesus Kristus lahir dari seorang perempuan bernama
Maria, itu bukan dari hasil sebuah hubungan biologis tetapi Maria mengandung
Yesus karena dari Roh Kudus (Injil Matius 1:20). Allah menjadi sama dengan
manusia yang bernama Yesus Kristus. Inkarnasi Allah dalam diri Yesus Kristus
membuat imanensi yang pencipta itu menjadi sempurna. Bila inkarnasi Allah tidak
ada, maka tidak mungkin bagi manusia dapat menikmati kembali persekutuan dengan
Allah. Dan ini harus menjadi dasar iman Kristen yang terutama. Keyakinan kepada
Yesus Kristus bukanlah “agama” dan teologia semata, tetapi lebih merupakan
pengenalan dan perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus.[17]
Lewat kelahiran Yesus Kristus inilah sebenarnya
Allah sudah menyatakan diri-Nya kepada manusia. TUHAN Allah yang mengambil natur manusia dalam
inkarnasi Kristus merupakan keunikan dari kekristenan yang berbeda dari
keyakinan lain dalam keselamatan manusia.[18] Hanya
Allah yang dapat melakukan hal ini, dari dari Dia sajalah yang dapat melakukan tindakan
penyelamatan manusia ini, dan bukan dari pihak manusia yang berdosa. Melanjuti
di ayat 18 dari Yohanes pasal 1 jelas disana dikatakan:”Tidak ada seorangpun
yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah (Yesus Kristus), yang ada
di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”. Tidak seorangpun yang dapat
melihat Allah atau mengenal-Nya tetapi lewat kehadiran Yesus Kristus yang
adalah wujud Allah turun ke dalam dunia, Allah yang menjadi manusia itu bukan
hanya bisa dilihat tetapi hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa untuk
menyelamatkannya. Di dalam Yesus Kristus rasul Paulus berkata dalam Kolose 2
ayat 9 demikian:”Sebab dalam Dialah (Yesus Kristus) berdiam secara jasmaniah
seluruh kepenuhan ke-Allahan’. Manusia yang percaya kepada Allah di dalam Yesus
Kristus harus memiliki pengenalan akan Dia secara personal. “Pengenalan manusia akan Kristus tidak terjadi
secara alamaiah, namun hal tersebut dikerjakan secara supra-alamaiah oleh Roh
Kudus. Roh Kudus yang bekerja membawa orang percaya mengalami kelahiran baru.
Kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus adalah permulaan orang percaya
menyadari kehidupan spiritualitasnya. Spiritualitas terus mengalami pertumbuhan
dalam kehidupan orang percaya, Roh Kudus bekerja melalui Alkitab Firman Allah
untuk terus menguduskan kehidupan orang percaya”. [19]
Dikatakan
dalam kitab Kejadian 3 ayat 21 yang dikatakan:”TUHAN Allah membuat pakaian dari
kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu” adalah tipologi dari
keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia dalam Yesus Kristus. Yesus
Kristus menjadi pengantara antara umat yang berdosa dan TUHAN Allah yang Maha
Kudus. Yesus Kristus harus menanggung dosa umat manusia agar manusia
diselamatkan. Yesus Kristus inilah wujud kepedulian Allah terhadap manusia, Ia
mati menggantikan posisi manusia dengan cara mati di kayu salib untuk
memperdamaikan manusia yang berdosa dengan Allah. Kitab Roma 5:8 berkata:”Akan
tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa. Inilah yang menjadi tujuan atau arti
penting dari inkarnasi Allah di dalam Yesus Kristus.
Allah di dalam Yesus Kristus adalah teladan
spiritualitas orang percaya. Sebagai orang percaya, seluruh kehidupannya harus
dan hanya berpusatkan kepada Yesus Kristus, termasuk ajaran-ajaran-Nya.[20] Paulus
berkata dalam Kolose 2 ayat 45 demikian: Seperti ada tertulis:”Manusia pertama,
Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang
menghidupkan. Hanya manusia Kristuslah yang memenuhi standard Allah ini, bukan
manusia atau nabi-nabi (messenger of God) seperti di Perjanjian Lama
yang hanya sebagai pembawa pesan atau menyampaikan berita pertobatan itu.
Nabi-nabi terdahulu tidak berbicara tentang tokoh lain yang akan menyelamatkan
umat manusia, tetapi mereka ‘berbicara’ tentang Anak Manusia yaitu Yesus
Kristus, Sang Juruselamat Manusia yang akan datang ke dunia. Dalam Injil Lukas
24 ayat 44 dikatakan:”Ia berkata kepada mereka: Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur”.
Keselamatan Manusia
Keselamatan manusia bergantung mutlak dari anugerah
Allah, dan bukan perbuatan yang menyelamatkan manusia itu (Efesus 2:8-9). Jadi
jelas bahwa keselamatan diberikan TUHAN Allah itu bersifat satu arah, disebut
dengan istilah Monergism karena merupakan pekerjaan tunggal Allah melalui karya
Roh Kudus.[21]
Keselamatan manusia yang diberikan Allah lewat
Yesus Kristus ini adalah bukti terbesar akan kasih Allah, Ia mengutus Anak-Nya
yang datang ke dunia menjadi manusia, berkorban lewat karya salib Kristus agar
semua orang yang percaya kepada Yesus tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal. Agenda Allah inilah untuk dapat menyelamatkan manusia dan
memberikan keselamatan itu sehingga manusia yang percaya kepada Yesus beroleh
hidup kekal. Akhirnya membawa manusia melakukan perbuatan-perbuatan baik yang
dapat memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan.[22]
Perbuatan manusia seperti apapun tidak bisa
menyelamatkan, hanya anugerah Allah saja yang diberikan kepada manusia sehingga
dapat selamat. Tentu ini hanya dengan percaya dengan karya Allah di dalam Yesus
Kristus yang sudah datang ke dunia, rela mati, bangkit dan naik ke Sorga. Injil
Yohanes 3 ayat 16 tertulis:”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Sejak
kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, manusia tidak berdaya atau tidak
memiliki kemampuan untuk bisa menyelamatkan dirinya dari hukuman dan murka
Allah, namun satu hal yang perlu manusia sadari dan ketahui adalah betapa
besarnya peranan Roh Kudus bagi keselamatan manusia. Karena setiap orang yang
telah diselamatkan pasti tidak akan mengalami murka Allah dalam hidupnya,
sehingga yang terpenting dalam diri manusia adalah belajarlah melibatkan Roh
Kudus dalam memperoleh keselamatan yang disediakan dan diperoleh di dalam
Pribadi Tuhan Yesus Kristus.[23]
Perlunya menerima anugerah-Nya lewat Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan
keselamatan, bila tidak maka manusia di hadapan Allah sebagai manusia yang
tetap dimurkai oleh Allah. Hal ini menjadi hal yang serius bagi manusia karena
sampai kepada masa depan manusia itu sendiri.[24]
Murka Allah jatuh kepada manusia tanpa memandang latar belakang kehidupan
manusia itu sendiri. Manusia mengalami murka Allah karena pilihan manusia yang
salah dalam menentukan masa depan hidupnya.
Semua manusia di muka bumi ini berusaha dengan
segala cara dan jalannya masing-masing untuk dapat keselamatan itu atau menuju ke Sorga, sesudah
kehidupan di dunia berakhir, tetapi semua ini sia-sia. Karena ketidakberdayaan
manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa inilah yang membuat mereka tidak bisa
mencapai atau mendapatkan kehidupan kekal nantinya. Kehidupan di dunia ini
singkat, aka nada kehidupan kekal nantinya setelah kehidupan di bumi selesai.
Manusia dengan jalannya masing-masing dan berbagai cara terus berupaya menuju
kepada keselamatan itu, tetapi hasilnya sia-sia. Raja Salomo dalam hikmat-Nya
berkata dalam Amsal 14:12 demikian:”Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi
ujungnya menuju maut”. Maut yang dikatakan disini berarti sama dengan kematian.
Dalam bahasa Yunani kata maut dikatakan θανατος (yanatov) yang berarti
adalah kematian, maut, dalam bahaya maut.
Kesimpulan
Keselamatan adalah kebutuhan semua umat
manusia. Dan karya Allah di dalam kekristenan untuk menyelamatkan manusia sejak
kejatuhannya sudah tertulis di dalam Alkitab. Inisiatif Allah dan kepedulian
Allah membuktikan bahwa manusia itu berharga di mata Allah. Bukan hanya
keadilan-Nya, tetapi Maha Kasih Allah bagi manusia ini yang harus direnungkan.
Allah harus berinkarnasi (menjelma) dalam Yesus Kristus untuk datang ke dunia,
menjadi sama dengan manusia (hanya Dia tidak berdosa) dan mati untuk menebus
dosa umat manusia. Manusia tidak mungkin bisa dengan berbagai cara untuk
menerima keselamatan itu. Tetapi keselamatan diberikan Allah sebagai anugerah (Grace)
kepada manusia, bagi yang mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadi. Tidak ada cara lain, manusia harus meresponinya dengan
menerima anugerah besar yang Allah sudah kerjakan ini.
Dengan menerima Yesus Kristus sebagai anugerah
Allah inilah maka keselamatan manusia adalah sesuatu yang pasti, jaminan kekal
yang Allah berikan. Sehingga kelak kehidupan manusia berakhir di dunia ini,
maka manusia yang telah menerima Yesus Kristus pasti menerima keselamatan dan
hidup kekal di Sorga. Jadi keselamatan itu hanya bisa diperoleh di dalam iman
kepada Yesus Kristus , sehingga manusia dapat terselamatkan. Bahkan di bawah
kolong langit inipun, tidak ada nama lain yang dapat diberikan kepada manusia
sebagai jaminan keselamatan, kecuali di dalam nama Yesus Kristus.
Daftar Pustaka
Arifianto, Yonathan Alex, and Dicky Dominggus.
“Deskripsi Teologi Paulus Tentang Misi Dalam Roma 1:16-17.” Iluminate Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristiani 3, no. 2 (2020): 70–83.
Bangun,
Josapat, and Juliman Harefa. “Sola Gratia Melihat Dari Status Manusia Di
Hadapan Allah, Karya Penebusan Kristus, Dan Anugerah Yang Mendahului
Keselamatan.” SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains,
Humaniora dan Kebudayaan 13, no. 2 (2020): 115–126.
Enns,
Paul. “INKARNASI YESUS SEBAGAI LOGOS - Elizabeth R. S.” 10 (2014): 30–40.
Kristus,
Dengan Inkanasi. “Jurnal: Te Deum Keunikan Inkarnasi Kristus 49” (1994): 49–68.
Macdonald,
William. “Perjalanan Firman Tuhan” (n.d.).
Ngala,
Erna, and Veydy Yanto Mangantibe. “Penginjilan Terhadap Masyarakat Plural
Berdasarkan Surat Efesus.” Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan
Pendidikan 5, no. 1 (2021): 1–16.
Nova
Ritonga. “21 Teologi Sebagai Landasan Bagi Gereja.” Shanan 4 (2020):
21–40.
Randa,
Federans. “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus Sebagai Jaminan Manusia
Bebas Dari Hukuman Kekal Allah.” LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan
Budaya 3, no. 1 (2020): 35–62.
Selatang,
Fabianus. “Unisitas Dan Universalitas Keselamatan Yesus Dalam Konteks
Pluralitas Agama Di Indonesia” IV, no. 1 (2016): 5–14.
https://ojs.stkyakobus.ac.id/index.php/JUMPA/article/view/20/18.
Supriadi,
Made Nopen, and Iman Kristina Halawa. “Kajian Teologis Makna Inkarnasi Kristus
Dan Implementasinya Bagi Spiritualitas Kristen Pada Konteks Pandemik Corona
Viruses Disease 2019.” SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2,
no. 1 (2020): 126–142.
Tutupoly,
Laurens. “Ketuhanan Dan Kemanusiaan Yesus Kristus Berdasarkan Injil Yohanes
1:1-18.” Regula Fidei 3, no. 1 (2018): 482–496.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/regulafidei/article/view/976.
رازی,
Ù…Øمد ابن زکریای. “Inkarnasi Yesus Sebagai Pernyataan Allah” (1384): 1–4.
[1] Nova Ritonga, “21 Teologi Sebagai Landasan Bagi
Gereja,” Shanan 4 (2020): 21–40.
[2] Josapat Bangun and Juliman Harefa, “Sola Gratia
Melihat Dari Status Manusia Di Hadapan Allah, Karya Penebusan Kristus, Dan
Anugerah Yang Mendahului Keselamatan,” SUNDERMANN:
Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan 13, no.
2 (2020): 115–126.
[3] Ibid.
[4] Federans Randa, “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus
Kristus Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah,” LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan
Budaya 3, no. 1 (2020): 35–62.
[5] William Macdonald, “Perjalanan Firman Tuhan” (n.d.).
[6] Ibid.
[7] Erna Ngala and Veydy Yanto Mangantibe, “Penginjilan
Terhadap Masyarakat Plural Berdasarkan Surat Efesus,” Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan 5, no. 1
(2021): 1–16.
[8] Ibid.
[9] Randa, “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus
Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah.”
[10] Laurens Tutupoly, “Ketuhanan Dan Kemanusiaan Yesus
Kristus Berdasarkan Injil Yohanes 1:1-18,” Regula
Fidei 3, no. 1 (2018): 482–496,
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/regulafidei/article/view/976.
[11] Ibid.
[12] Paul Enns, “INKARNASI YESUS SEBAGAI LOGOS - Elizabeth
R. S.” 10 (2014): 30–40.
[13] Dengan Inkanasi Kristus, “Jurnal: Te Deum Keunikan Inkarnasi
Kristus 49” (1994): 49–68.
[14] Fabianus Selatang, “Unisitas Dan Universalitas
Keselamatan Yesus Dalam Konteks Pluralitas Agama Di Indonesia” IV, no. 1
(2016): 5–14, https://ojs.stkyakobus.ac.id/index.php/JUMPA/article/view/20/18.
[15] Ibid.
[16] Ù…Øمد ابن زکریای رازی, “Inkarnasi Yesus Sebagai
Pernyataan Allah” (1384): 1–4.
[17] Ibid.
[18] Kristus, “Jurnal: Te Deum Keunikan Inkarnasi Kristus
49.”
[19] Made Nopen Supriadi and Iman Kristina Halawa, “Kajian
Teologis Makna Inkarnasi Kristus Dan Implementasinya Bagi Spiritualitas Kristen
Pada Konteks Pandemik Corona Viruses Disease 2019,” SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2020):
126–142.
[20] Ibid.
[21] Bangun and Harefa, “Sola Gratia Melihat Dari Status
Manusia Di Hadapan Allah, Karya Penebusan Kristus, Dan Anugerah Yang Mendahului
Keselamatan.”
[22] Yonathan Alex Arifianto and Dicky Dominggus,
“Deskripsi Teologi Paulus Tentang Misi Dalam Roma 1:16-17,” Iluminate Jurnal Teologi dan Pendidikan
Kristiani 3, no. 2 (2020): 70–83.
[23] Randa, “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus
Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah.”
[24] Ibid.