TEKOA MINISTRY

Kamis, 27 April 2023

Karya Allah Dalam Inkarnasi Yesus Kristus Untuk Keselamatan Manusia

 

Karya Allah Dalam Inkarnasi Yesus Kristus Untuk Keselamatan Manusia

Soneta S Siahaan

STT – Katharos Bekasi Indonesia

 

Abstraksi

Manusia telah terhilang dari Allah sejak kejatuhannya di Taman Eden, yang dilakukan oleh manusia pertama yang Allah ciptakan, yaitu Adam dan Hawa (Kejadian pasal 3). Sejak itulah manusia diusir Allah dari Taman Eden itu (Kejadian 3 ayat 23). Sebenarnya manusia itu adalah bersifat kekal, tetapi karena larangan Allah dilanggar, maka manusia berdosa dan upah dosa ialah maut atau mati kekal. Tetapi apakah Allah ‘berdiam diri’ dengan ciptaan-Nya itu? Atau membiarkan manusia itu akhirnya benar-benar mengalami kematian kekal nantinya? Allah tetaplah Allah yang mengasihi manusia walaupun manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (imagodei). Allah merencanakan untuk tetap menyelamatkan manusia dan mengembalikan kemuliaan itu dengan caranya yang unik. Yang menarik perhatian bahwa ketika dikatakan dalam Kejadian 3 ayat 21 bahwa:”Dan TUHAN ALLAH membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka’. Hal ini yang penulis hendak jabarkan, bagaimana Allah yang Maha Kasih itu menyelamatkan manusia. Allahlah yang berinisiatif dan mengambil tindakan untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, Allah yang berperan dengan karya keselamatan yang akan dikerjakan dengan cara menjelma menjadi manusia.



Kata kunci : Karya Allah, Inkarnasi Kristus, Keselamatan Manusia

Abstract

Man has been lost from God since his fall in the Garden of Eden, which was done by the first humans that God created, namely Adam and Eve (Genesis chapter 3).  Since then, God expelled humans from the Garden of Eden (Genesis 3 verse 23).  Actually, humans are eternal, but because God's prohibition is violated, humans sin and the wages of sin is death or eternal death.  But is God "silent" with His creation?  Or let the human finally really experience eternal death later?  God is still a God who loves humans even though humans have lost the glory of God (imagodei).  God plans to keep on saving mankind and restoring that glory in a unique way.  What is interesting is that when it is said in Genesis 3 verse 21 that: "And the LORD GOD made clothes of animal skins for the man and his wife and put them on them."  This is what the author wants to describe, how the Almighty God saves humans. It is God who takes the initiative and takes action to save sinful humans, God who plays a role in the work of salvation that will be done by incarnating into a human.

Keyword : God’s Work, Incarnation of Christ, Human Safety

Pendahuluan

Banyaknya pandangan umum agama-agama dunia tentang bagaimana memperoleh keselamatan atau bisa menuju ke Sorga menjadi banyak perhatian banyak orang. Manusia menyadari betul bahwa entah dari suku atau bangsa manapun di dunia ini, akan adanya kehidupan setelah kematian. Dengan cara usaha masing-masing dari keyakinan yang dianutnya, umumnya mereka percaya bila taat dan melakukan apa yang dikatakan dalam ‘kitab suci’nya maka pasti akan selamat atau sampai ke Sorga. Manusia berusaha hidup benar di hadapan Tuhan, taat dan menjalani perintah-Nya agar dapat selamat, tidak ada seorangpun yang mau binasa atau setelah kehidupan ini berakhir maka semua ingin menuju ke Sorga. Akhirnya banyak orang dengan ‘usahanya’ itu seperti berbuat baik, beramal soleh, membantu atau menolong fakir miskin, menyumbang panti, memberi bantuan kepada sesama, dan masih banyak lainnya, dilakukan untuk dapat memperoleh keselamatan.

Kata agama berasal dari kata Sansekerta, yang terdiri dari huruf “A” berarti tidak dan huruf “Gama” berarti kacau. Jadi manusia beragama agar kehidupannya tidak kacau, yaitu tertib, baik. Bisa ditarik arti yang lebih jelas agama adalah usaha manusia untuk mendapatkan anugerah Tuhan dan setelah kehidupan manusia itu berakhir di dunia ini, ia dapat memasuki kehidupan baru yaitu di Sorga Kekal.

Bagaimana dengan kekristenan sendiri? Apakah kekristenan ‘sama’ dengan konsep agama-agama lain di muka bumi ini? Apakah kekristenan itu juga menyelamatkan, lalu bagaimana pandangan kekristenan tentang kehidupan kekal di Sorga setelah berakhir kehidupan ini. Tentunya, jawaban-jawaban ini bisa ditemukan dalam terang kebenaran firman Tuhan (Alkitab) sebagai satu-satunya ‘petunjuk’ yang bisa diperoleh dengan jelas tentang bagaimana manusia dapat diselamatkan setelah manusia pertama (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa. Gereja jelas mempunyai satu dasar atau landasan iman yang bersumber dari Alkitab sebagai firman Tuhan. Dan firman Tuhan yang terkandung di dalamnya berpusatkan pada karya Allah. Dan sebagai gereja harus Allahlah sebagai sumber kehidupan itu.[1]



Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode studi literatur. Peneliti berusaha untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah disampaikan di  atas. Peneliti tentu mengkorelasikannya dengan sumber-sumber lain seperti buku-buku, pandangan-pandangan lalu menganalisanya, melihat konteksnya sehingga akhirnya mendapatkan jawabannya. Sebagai sumber pustaka peneliti menggunakan penelitian dari buku-buku karya.

Tujuan Penelitian

Adapun maksud penelitian ini, untuk mendapatkan sebuah jawaban yang pasti di dalam kekristenan bagaimana agar manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu, dapat mendapatkan keselamatan, caranya, memulai atau dimulai dari mana. Semua berdasarkan atau bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Tuhan.

Pembahasan

Dalam kitab Kejadian pasal 3 tentang kejatuhan manusia pertama yang diciptakan Allah yaitu Adam dan Hawa, dikatakan bahwa mereka melanggar apa yang Allah telah firmankan, yaitu untuk tidak  memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, karena jika mereka memakannya pastilah mereka mati, (Kejadian 2 ayat 16-17). Dalam Kejadian 3 ayat 4 dikatakan ular  menggoda Hawa untuk memakan buah itu, bahkan dikatakan oleh ular itu bahwa jika engkau memakannya, sekali-kali engkau tidak mati, tetapi mata mereka akan terbuka, bahkan dikatakan bahwa mereka akan menjadi seperi Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Akhirnya Hawa memakan buah pengetahuan baik dan jahat itu serta memberikannya pula kepada suaminya (Adam), tertulis dalam Kejadian 3 ayat 6. Maka di ayat 7 dikatakan:” seketika itu jugalah mata mereka terbuka dan mengetahui bahwa mereka dalam keadaan telanjang. “Adam dan Hawa melanggar dan jatuh ke dalam dosa, maka saat itu juga hilanglah seluruh kemampuan mereka untuk berbuat yang rohani yang berjalan bersama dengan keselamatan, akhirnya dari natur yang awalnya kekal, sekarang menjadi manusia dengan natur alamiah, artinya dalam kehendak bebasnya lebih memilih apa yang diinginkan sehingga berujung kepada hilangnya persekutuan dengan Allah”.[2]

Semua umat manusia di dunia ini sudah mati karena dosa, dan tidak seorangpun yang bisa menghampiri Allah, jadi harus ada campur tangan ilahi, berarti harus Allah yang bertindak untuk menyelamatkan manusia ciptaan-Nya itu.[3] TUHAN Allah tidak pernah menginginkan setiap manusia yang adalah ciptaan-Nya itu binasa atau mati kekal karena kejahatan dan dosanya, oleh sebab itulah TUHAN Allah yang memberikan solusinya atau jalan keselamatan sehingga manusia itu tertolong dan terhindar dari kebinasaan atau terkena hukuman Allah.[4]

Di dalam ketelanjangannya mereka (Adam dan Hawa) berusaha untuk mengenakan pakaian yang mereka buat sendiri dari daun pohon ara dan membuat cawat karena mereka malu. Lalu TUHAN Allah mencari mereka. Dosa sudah memisahkan Adam dan Hawa pada saat mereka jatuh ke dalam dosa. Allah mencari mereka, bukan berarti Allah tidak mengetahui dimana keberadaan mereka. Tetapi dosalah yang membuat itu terjadi. TUHAN yang Maha Kudus tidak bisa kompromi dengan dosa manusia yang diciptakan-Nya itu. Walau akhirnya Adam dan Hawa  menjawab pertanyaan TUHAN bahwa mereka telah memakan buah itu dan kedapatan mereka telanjang, penuh rasa takut dan bersembunyi (ayat 9).

Akibat dosa yang Adam dan Hawa lakukan, maka dikatakan terkutuklah mereka (ayat 14). Manusia diciptakan Tuhan Allah dengan kehendak bebasnya, dan manusia lebih memilih kemauannya dari pada mentaati apa yang Allah firmankan. Dosa telah masuk ke dalam kehidupan manusia pertama yang TUHAN Allah ciptakan itu.[5] Dosa pasti memiliki sebuah konsekuensinya. Dan selama berabad-abad dari kejatuhan manusia pertama itu (Adam dan Hawa), manusia terus mengalami kemerosotan moral, dan terus menerus berbuat jahat.[6]

 Bahkan rasul Paulus berkata dalam Roma 6:23 demikian:”Sebab upah dosa ialah maut”. Suatu keadaan yang mengerikan sekali, berarti berujung kepada kematian kekal. Konsekuensi ini bukan hanya dialami oleh Adam dan Hawa, tetapi pada keturunan selanjutnya bahkan seluruh umat manusia. Paulus berkata dalam Roma 3 ayat 23 demikian:”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Dengan perkataan lain, tidak mungkin manusia selamat, pasti binasa. Kerusakan Total (Total Depravity) inilah yang membuat ‘ketidakberdayaan’ manusia untuk dapat mencari Allah.

TUHAN Allah yang menghukum dan mengusir manusia itu, ternyata TUHAN Allah yang ‘melakukan’ sesuatu bagi mereka. Dalam Kejadian 3 ayat 21 ada yang ‘menarik’ dikatakan demikian :”Dan Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka”. Cawat pohon ara yang dibuat manusia itu tidak bisa menutupi kesalahan pelanggaran mereka (Adam dan Hawa), tetapi TUHAN Allah mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit binatang untuk manusia itu, untuk menutupi ketelanjangan mereka. Jika TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang, berarti ada seekor binatang yang disembelih dan dikorbankan. Dan ini adalah perlambangan dari Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang akan datang menyelamatkan manusia. Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:29b berkata:”Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. Bahkan penulis Ibranipun berkata:”Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22).



Karya Allah

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karya adalah hasil perbuatan. Jadi karya Allah adalah tindakan Allah (Action). TUHAN Allah-lah yang bertindak untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Segala tindakan manusia, apapun yang mereka perbuat tidak bisa mengembalikan keadaan mereka semula seperti di taman Eden. Bahkan perbuatan baik sekalipun itu sia-sia, bahkan nabi Yesaya berkata dalam Yesaya 64 ayat 6 demikian:”Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.

Begitu spesialnya manusia itu sehingga Allah sangat memperdulikannya. Karya Allah akan digenapi lewat kedatangan Anak-Nya yang sudah dinubuatkan nabi-nabi. Yesus Kristus Sang Juruselamat adalah Mesias dan Ia oknum ke dua dari Allah Tritunggal. Juruselamat dunia Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menggenapi karya keselamatan dari Allah untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, sehingga manusia menerima keselamatan, pembebasan, penebusan. Tertulis dalam Efesus 1:7 terdapat kata “pembebasan”, yang diartikan menebus, maksudnya ialah pembebasan oleh penebusan dengan uang (orang-orang hukuman atau hamba, Mat. 20:28; Ibr. 11:35), pembebasan atau kelepasan dalam arti yang umum.[7] Yesus Kristus adalah sumber keselamatan satu-satunya yang dari Allah yang diberikan sebagai anugerah kepada manusia agar memperoleh keselamatan. (Yoh. 14:6; 17:17; Kol. 1:5).[8]

Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Raja Daud berkata dalam Mazmur 144:3 demikian:”Ya TUHAN apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikanya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?” Manusia yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah itu ternyata tetap ada di dalam rencana-Nya. Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dan memulihkannya terbukti sebagai Allah yang Maha Kasih, tidak ada allah yang seperti Dia.



Harus disadari bahwa banyak keyakinan atau agama-agama yang  menawarkan sebuah solusi agar dapat memperoleh keselamatan, tetapi tidak ada satupun yang bisa memastikan kepastian keselamatan itu. Kabar baiknya adalah di dalam firman Tuhan (Akitab) tertulis bahwa ada cara, ada jalan keselamatan bagi manusia agar dapat selamat, jalan itu adalah lewat beriman kepada Sang Juruselamat Yesus Kristus, maka kepastian keselamatan itu: ya, dan bukan mudah-mudahan. Firman-Nya jelas yang ditulis oleh rasul Yohanes (Yoh.14:6) yang  berkata: ”Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” [9]

Kenapa harus Allah yang bertindak lewat karya-Nya itu, karena sudah dipastikan manusia tidak mungkin bisa menemui Allah, penyebabnya adalah dosa. Dosa menjadi penghambat atau halangan bagi manusia untuk datang kepada-Nya. Dikatakan dalam Yesaya 59:1-2 tertulis bahwa:”Sesungguhnya tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mengengar, ialah segala dosamu’.

Karena sudah tidak mungkin bagi manusia yang berdosa itu mencari Allah yang Maha Kudus, maka Allah sendirilah yang bertindak. Ini yang menjadi perbedaan keselamatan di dalam kekristenan dan kepercayaan agama-agama lain di dunia ini, yang lebih mengutamakan tindakan manusianya untuk dapat berkenan kepada Allah. Karya Allah ini untuk menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya, agar manusia dapat bersekutu kembali dengan Allah Sang Pencipta.

Inkarnasi Kristus

            Allah Tritunggal adalah Allah Maha Kasih yang tentunya tidak pernah  membiarkan ciptaan-Nya yaitu  Adam dan Hawa yang sudah jatuh ke dalam dosa lalu berujung kepada maut, tetapi Allah sangat memperhatikan dan memelihara ciptaan-Nya, sehingga Allah mempunyai rencana untuk menyelamatkan manusia dengan cara-Nya yang unik.[10] Ada suatu hubungan yang khusus tentang pemeliharaan Allah dengan keselamatan yang akan dinyatakan lewat Yesus Kristus dalam rangka penebusan dosa.[11]



Manusia yang berdosa itu harus ditebus, maka TUHAN Allah yang Maha Kuasa itu harus berinkarnasi (menjelma) menjadi manusia. Inkarnasi Allah di dalam Yesus Kristus menjadi ‘central’ iman kekristenan. Yesus Kristus (Sang Firman) sebagai pribadi kedua dari Tritunggal itulah yang turun ke dunia, masuk dalam sejarah umat manusia. Dikatakan dalam Injil Yohanes 1:14 bahwa:”Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Yesus yang adalah manusia sejati dan Allah sejati  menyatu dengan manusia. Inkarnasi TUHAN Allah dalam wujud manusia Yesus Kristus adalah maha karya yang luar biasa bagi seluruh manusia.[12]

Dalam keberadaan-Nya yang tidak berdosa, maka Yesus Kristus dapat menanggung dosa-dosa manusia, mati dan menebus mereka dalam satu tindakan pengorbanan dan perdamaian dengan Allah (2 Kor. 5:19-21). Allah di dalam kemanusiaan Yesus Kristus telah mendemonstrasikan Maha Karya kasih-Nya yang menyelamatkan dengan menanggung kensekuensi dosa (Rm. 5:8).[13]



 Dia dilahirkan dari seorang dara perawan bernama Maria. Jadi Yesus mempunyai dua natur yaitu sepenuhnya manusia (The Fully Man) dan sepenuhnya Allah (The Fully God). Yesus Kristus adalah pribadi manusia yang autentik. Ia adalah firman Tuhan (logos) yang menjelma menjadi manusia, karena itu Yesus Kristus juga mengalami dan merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia. Yesus Kristus sebagai Sang Penebus dosa inilah yang diberitakan oleh gereja. Yesus Kristus yang adalah inkarnasi Allah ini diakui sebagai satu-satunya penyelamat manusia dan tidak ada nama lain.[14] Demikianlah pemberitaan gereja mengenai keselamatan yang dibawa oleh Yesus, adalah dasar iman kekristenan yang kuat pada Ia dan ajaran-ajaran-Nya.[15] Saat membaca Injil Yohanes tentang Logos yang menjelma dalam manusia Yesus Kritus maka jelaslah yang dimaksudkan adalah Inkarnasi Yesus menjadi pondasi dasar kekristenan. Dengan melihat secara teologis tentang konsep pendamaian, maka pendamaian yang terwujud dalam persekutuan hanya bisa terjadi ketika manusia telah diperdamaikan dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya dan dengan Inkarnasi Allah melalui putra-Nya Yesus Kristus yang mati tersalib sebagai manusia di Golgota.[16]

Yesus Kristus lahir dari seorang perempuan bernama Maria, itu bukan dari hasil sebuah hubungan biologis tetapi Maria mengandung Yesus karena dari Roh Kudus (Injil Matius 1:20). Allah menjadi sama dengan manusia yang bernama Yesus Kristus. Inkarnasi Allah dalam diri Yesus Kristus membuat imanensi yang pencipta itu menjadi sempurna. Bila inkarnasi Allah tidak ada, maka tidak mungkin bagi manusia dapat menikmati kembali persekutuan dengan Allah. Dan ini harus menjadi dasar iman Kristen yang terutama. Keyakinan kepada Yesus Kristus bukanlah “agama” dan teologia semata, tetapi lebih merupakan pengenalan dan perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus.[17]



Lewat kelahiran Yesus Kristus inilah sebenarnya Allah sudah menyatakan diri-Nya kepada manusia. TUHAN Allah yang mengambil natur manusia dalam inkarnasi Kristus merupakan keunikan dari kekristenan yang berbeda dari keyakinan lain dalam keselamatan manusia.[18] Hanya Allah yang dapat melakukan hal ini, dari dari Dia sajalah yang dapat melakukan tindakan penyelamatan manusia ini, dan bukan dari pihak manusia yang berdosa. Melanjuti di ayat 18 dari Yohanes pasal 1 jelas disana dikatakan:”Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah (Yesus Kristus), yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”. Tidak seorangpun yang dapat melihat Allah atau mengenal-Nya tetapi lewat kehadiran Yesus Kristus yang adalah wujud Allah turun ke dalam dunia, Allah yang menjadi manusia itu bukan hanya bisa dilihat tetapi hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa untuk menyelamatkannya. Di dalam Yesus Kristus rasul Paulus berkata dalam Kolose 2 ayat 9 demikian:”Sebab dalam Dialah (Yesus Kristus) berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan’. Manusia yang percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus harus memiliki pengenalan akan Dia secara personal. Pengenalan manusia akan Kristus tidak terjadi secara alamaiah, namun hal tersebut dikerjakan secara supra-alamaiah oleh Roh Kudus. Roh Kudus yang bekerja membawa orang percaya mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus adalah permulaan orang percaya menyadari kehidupan spiritualitasnya. Spiritualitas terus mengalami pertumbuhan dalam kehidupan orang percaya, Roh Kudus bekerja melalui Alkitab Firman Allah untuk terus menguduskan kehidupan orang percaya”. [19]

            Dikatakan dalam kitab Kejadian 3 ayat 21 yang dikatakan:”TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu” adalah tipologi dari keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi pengantara antara umat yang berdosa dan TUHAN Allah yang Maha Kudus. Yesus Kristus harus menanggung dosa umat manusia agar manusia diselamatkan. Yesus Kristus inilah wujud kepedulian Allah terhadap manusia, Ia mati menggantikan posisi manusia dengan cara mati di kayu salib untuk memperdamaikan manusia yang berdosa dengan Allah. Kitab Roma 5:8 berkata:”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Inilah yang menjadi tujuan atau arti penting dari inkarnasi Allah di dalam Yesus Kristus.

Allah di dalam Yesus Kristus adalah teladan spiritualitas orang percaya. Sebagai orang percaya, seluruh kehidupannya harus dan hanya berpusatkan kepada Yesus Kristus, termasuk ajaran-ajaran-Nya.[20] Paulus berkata dalam Kolose 2 ayat 45 demikian: Seperti ada tertulis:”Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Hanya manusia Kristuslah yang memenuhi standard Allah ini, bukan manusia atau nabi-nabi (messenger of God) seperti di Perjanjian Lama yang hanya sebagai pembawa pesan atau menyampaikan berita pertobatan itu. Nabi-nabi terdahulu tidak berbicara tentang tokoh lain yang akan menyelamatkan umat manusia, tetapi mereka ‘berbicara’ tentang Anak Manusia yaitu Yesus Kristus, Sang Juruselamat Manusia yang akan datang ke dunia. Dalam Injil Lukas 24 ayat 44 dikatakan:”Ia berkata kepada mereka: Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur”.

Keselamatan Manusia

Keselamatan manusia bergantung mutlak dari anugerah Allah, dan bukan perbuatan yang menyelamatkan manusia itu (Efesus 2:8-9). Jadi jelas bahwa keselamatan diberikan TUHAN Allah itu bersifat satu arah, disebut dengan istilah Monergism karena merupakan pekerjaan tunggal Allah melalui karya Roh Kudus.[21]

Keselamatan manusia yang diberikan Allah lewat Yesus Kristus ini adalah bukti terbesar akan kasih Allah, Ia mengutus Anak-Nya yang datang ke dunia menjadi manusia, berkorban lewat karya salib Kristus agar semua orang yang percaya kepada Yesus tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Agenda Allah inilah untuk dapat menyelamatkan manusia dan memberikan keselamatan itu sehingga manusia yang percaya kepada Yesus beroleh hidup kekal. Akhirnya membawa manusia melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dapat memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan.[22]

Perbuatan manusia seperti apapun tidak bisa menyelamatkan, hanya anugerah Allah saja yang diberikan kepada manusia sehingga dapat selamat. Tentu ini hanya dengan percaya dengan karya Allah di dalam Yesus Kristus yang sudah datang ke dunia, rela mati, bangkit dan naik ke Sorga. Injil Yohanes 3 ayat 16 tertulis:”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, manusia tidak berdaya atau tidak memiliki kemampuan untuk bisa menyelamatkan dirinya dari hukuman dan murka Allah, namun satu hal yang perlu manusia sadari dan ketahui adalah betapa besarnya peranan Roh Kudus bagi keselamatan manusia. Karena setiap orang yang telah diselamatkan pasti tidak akan mengalami murka Allah dalam hidupnya, sehingga yang terpenting dalam diri manusia adalah belajarlah melibatkan Roh Kudus dalam memperoleh keselamatan yang disediakan dan diperoleh di dalam Pribadi Tuhan Yesus Kristus.[23] Perlunya menerima anugerah-Nya lewat Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan, bila tidak maka manusia di hadapan Allah sebagai manusia yang tetap dimurkai oleh Allah. Hal ini menjadi hal yang serius bagi manusia karena sampai kepada masa depan manusia itu sendiri.[24] Murka Allah jatuh kepada manusia tanpa memandang latar belakang kehidupan manusia itu sendiri. Manusia mengalami murka Allah karena pilihan manusia yang salah dalam menentukan masa depan hidupnya.



Semua manusia di muka bumi ini berusaha dengan segala cara dan jalannya masing-masing untuk dapat  keselamatan itu atau menuju ke Sorga, sesudah kehidupan di dunia berakhir, tetapi semua ini sia-sia. Karena ketidakberdayaan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa inilah yang membuat mereka tidak bisa mencapai atau mendapatkan kehidupan kekal nantinya. Kehidupan di dunia ini singkat, aka nada kehidupan kekal nantinya setelah kehidupan di bumi selesai. Manusia dengan jalannya masing-masing dan berbagai cara terus berupaya menuju kepada keselamatan itu, tetapi hasilnya sia-sia. Raja Salomo dalam hikmat-Nya berkata dalam Amsal 14:12 demikian:”Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut”. Maut yang dikatakan disini berarti sama dengan kematian. Dalam bahasa Yunani kata maut dikatakan θανατος (yanatov) yang berarti adalah kematian, maut, dalam bahaya maut.

Kesimpulan

Keselamatan adalah kebutuhan semua umat manusia. Dan karya Allah di dalam kekristenan untuk menyelamatkan manusia sejak kejatuhannya sudah tertulis di dalam Alkitab. Inisiatif Allah dan kepedulian Allah membuktikan bahwa manusia itu berharga di mata Allah. Bukan hanya keadilan-Nya, tetapi Maha Kasih Allah bagi manusia ini yang harus direnungkan. Allah harus berinkarnasi (menjelma) dalam Yesus Kristus untuk datang ke dunia, menjadi sama dengan manusia (hanya Dia tidak berdosa) dan mati untuk menebus dosa umat manusia. Manusia tidak mungkin bisa dengan berbagai cara untuk menerima keselamatan itu. Tetapi keselamatan diberikan Allah sebagai anugerah (Grace) kepada manusia, bagi yang mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Tidak ada cara lain, manusia harus meresponinya dengan menerima anugerah besar yang Allah sudah kerjakan ini.

Dengan menerima Yesus Kristus sebagai anugerah Allah inilah maka keselamatan manusia adalah sesuatu yang pasti, jaminan kekal yang Allah berikan. Sehingga kelak kehidupan manusia berakhir di dunia ini, maka manusia yang telah menerima Yesus Kristus pasti menerima keselamatan dan hidup kekal di Sorga. Jadi keselamatan itu hanya bisa diperoleh di dalam iman kepada Yesus Kristus , sehingga manusia dapat terselamatkan. Bahkan di bawah kolong langit inipun, tidak ada nama lain yang dapat diberikan kepada manusia sebagai jaminan keselamatan, kecuali di dalam nama Yesus Kristus.

 

Daftar Pustaka

Arifianto, Yonathan Alex, and Dicky Dominggus. “Deskripsi Teologi Paulus Tentang Misi Dalam Roma 1:16-17.” Iluminate Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 3, no. 2 (2020): 70–83.

Bangun, Josapat, and Juliman Harefa. “Sola Gratia Melihat Dari Status Manusia Di Hadapan Allah, Karya Penebusan Kristus, Dan Anugerah Yang Mendahului Keselamatan.” SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan 13, no. 2 (2020): 115–126.

Enns, Paul. “INKARNASI YESUS SEBAGAI LOGOS - Elizabeth R. S.” 10 (2014): 30–40.

Kristus, Dengan Inkanasi. “Jurnal: Te Deum Keunikan Inkarnasi Kristus 49” (1994): 49–68.

Macdonald, William. “Perjalanan Firman Tuhan” (n.d.).

Ngala, Erna, and Veydy Yanto Mangantibe. “Penginjilan Terhadap Masyarakat Plural Berdasarkan Surat Efesus.” Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan 5, no. 1 (2021): 1–16.

Nova Ritonga. “21 Teologi Sebagai Landasan Bagi Gereja.” Shanan 4 (2020): 21–40.

Randa, Federans. “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah.” LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya 3, no. 1 (2020): 35–62.

Selatang, Fabianus. “Unisitas Dan Universalitas Keselamatan Yesus Dalam Konteks Pluralitas Agama Di Indonesia” IV, no. 1 (2016): 5–14. https://ojs.stkyakobus.ac.id/index.php/JUMPA/article/view/20/18.

Supriadi, Made Nopen, and Iman Kristina Halawa. “Kajian Teologis Makna Inkarnasi Kristus Dan Implementasinya Bagi Spiritualitas Kristen Pada Konteks Pandemik Corona Viruses Disease 2019.” SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2020): 126–142.

Tutupoly, Laurens. “Ketuhanan Dan Kemanusiaan Yesus Kristus Berdasarkan Injil Yohanes 1:1-18.” Regula Fidei 3, no. 1 (2018): 482–496. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/regulafidei/article/view/976.

رازی, محمد ابن زکریای. “Inkarnasi Yesus Sebagai Pernyataan Allah” (1384): 1–4.

 

 



[1] Nova Ritonga, “21 Teologi Sebagai Landasan Bagi Gereja,” Shanan 4 (2020): 21–40.

[2] Josapat Bangun and Juliman Harefa, “Sola Gratia Melihat Dari Status Manusia Di Hadapan Allah, Karya Penebusan Kristus, Dan Anugerah Yang Mendahului Keselamatan,” SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan 13, no. 2 (2020): 115–126.

[3] Ibid.

[4] Federans Randa, “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah,” LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya 3, no. 1 (2020): 35–62.

[5] William Macdonald, “Perjalanan Firman Tuhan” (n.d.).

[6] Ibid.

[7] Erna Ngala and Veydy Yanto Mangantibe, “Penginjilan Terhadap Masyarakat Plural Berdasarkan Surat Efesus,” Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan 5, no. 1 (2021): 1–16.

[8] Ibid.

[9] Randa, “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah.”

[10] Laurens Tutupoly, “Ketuhanan Dan Kemanusiaan Yesus Kristus Berdasarkan Injil Yohanes 1:1-18,” Regula Fidei 3, no. 1 (2018): 482–496, http://ejournal.uki.ac.id/index.php/regulafidei/article/view/976.

[11] Ibid.

[12] Paul Enns, “INKARNASI YESUS SEBAGAI LOGOS - Elizabeth R. S.” 10 (2014): 30–40.

[13] Dengan Inkanasi Kristus, “Jurnal: Te Deum Keunikan Inkarnasi Kristus 49” (1994): 49–68.

[14] Fabianus Selatang, “Unisitas Dan Universalitas Keselamatan Yesus Dalam Konteks Pluralitas Agama Di Indonesia” IV, no. 1 (2016): 5–14, https://ojs.stkyakobus.ac.id/index.php/JUMPA/article/view/20/18.

[15] Ibid.

[16] محمد ابن زکریای رازی, “Inkarnasi Yesus Sebagai Pernyataan Allah” (1384): 1–4.

[17] Ibid.

[18] Kristus, “Jurnal: Te Deum Keunikan Inkarnasi Kristus 49.”

[19] Made Nopen Supriadi and Iman Kristina Halawa, “Kajian Teologis Makna Inkarnasi Kristus Dan Implementasinya Bagi Spiritualitas Kristen Pada Konteks Pandemik Corona Viruses Disease 2019,” SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2020): 126–142.

[20] Ibid.

[21] Bangun and Harefa, “Sola Gratia Melihat Dari Status Manusia Di Hadapan Allah, Karya Penebusan Kristus, Dan Anugerah Yang Mendahului Keselamatan.”

[22] Yonathan Alex Arifianto and Dicky Dominggus, “Deskripsi Teologi Paulus Tentang Misi Dalam Roma 1:16-17,” Iluminate Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 3, no. 2 (2020): 70–83.

[23] Randa, “Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah.”

[24] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar